MANADO, REALITA – Pemilihan Wali Kota (Pilwako) Manado akan digelar tahun 2020 mendatang. Meski begitu, isu kandidat yang bakal menduduki kursi top eksekutif di Manado, kian ‘seksi’.
Dari sekian figur yang ramai dibicarakan, nama Sonya Selviana Kembuan (SSK) terus melejit.
SSK disebut-sebut paling siap menghadapi pesta demokrasi lima tahunan masyarakat Ibu Kota Provinsi Sulut. SSK sendiri tak menampik akan niatnya untuk bertarung di pilwako.
Siap menjadi “HarapanBaruManado”, pengusaha sukses ini tak sekedar membawa diri atau peramai. Pemilik penghargaan New Millenium Award, 25 Th Golden Award for Technology And Quality Management (Geneva Swiss Maret 2004) ini ingin, Manado menjadi kota ramah lingkungan. Hal ini untuk mendukung visi yang dia usung yakni, “Manado Kota Moderen yang Berbudaya”.
Berbicara tentang ramah lingkungan, tentu berkaitan erat dengan kebersihan. Diketahui, persoalan sampah hampir tidak ada habisnya dalam sebuah daerah, termasuk Kota Manado.
Bagi dia, penanganan sampah menjadi salah satu prioritas, karena terkait pelayanan kepada masyarakat. Penanganan sampah yang kurang baik dan bijak bisa menimbulkan dampak yang sangat besar bagi kehidupan sehari-hari.
Dampak bagi kesehatan, ekonomi social dan budaya. Sampah yang tidak ditangani dengan baik bisa menimbulkan bau, mengundang bakteri pathogen juga bibit penyakit, dalam penanggulangannya juga membutuhkan dana yang besar, juga mengganggu dan merusak keindahan lingkungan.
“Salah satu persoalan besar yang dihadapi adalah sampah. Hal ini sudah menjadi sebuah kelaziman yang tidak pernah terselesaikan karena manajemen buruk dalam pengelolaannya,” ungkapnya.
Kata dia, persoalan sampah harus diatasi. Karena menurutnya, jika daerah tersebut semrawut karena sampah menggambarkan kota tersebut sedang sakit.
“Imbasnya kepada masyarakat. Yang harusnya masyarakat nyaman dengan penataan kota yang indah, bersih dan sejuk,” ujarnya.
Dari kepeduliannya, muncul ide tentang pengelolaan sampah dan daur ulang sampah plastik.
“Pertama, harus ada kerja sama dengan masyarakat. Penyelesaian sampah kuncinya diselesaikan di tingkat rumah tangga. Sampah dipilih dan diproses sebelum dibuang. Banyak teknologi yang bisa digunakan untuk mengolah sampah di rumah. Sampah pun bisa dipakai untuk membuat aspal dan produk bernilai ekonomi lainnya,” jelasnya.
Langkah selanjutnya, beber SSK, mendirikan bank sampah di tiap lingkungan. Serta membangun pusat pembuatan kompos.
“Sampah anorganik harus dikumpulkan dan dijual. Bisa jadi kompos yang dapat digunakan untuk menyuburkan tanaman masyarakat dan mendukung program pertanian perkotaan,” ujar jebolan Fakultas Pertanian Unsrat itu.
Menurutnya, mengatasi persoalan sampah harus ada kerja sama antara pemerintah dan masyarakat.
“Harus ada partisipasi publik, untuk mengembangkan kader dan fasilitator lingkungan. Tugas utama mereka adalah membantu dan mengajar warga tentang pengelolaan sampah,” katanya.
Pengelolaan sampah semacam ini juga diterapkan di sekolah-sekolah dan universitas.
“Para siswa dan mahasiswa melakukan pengelolaan sampah, limbah, penanaman pohon, dan penghematan energi di lingkungan masing-masing,” tutur dia.
Selain itu, untuk mengatasi masalah sampah plastik yang tidak terdegradasi, perlu didorong pengurangan sampah plastik dan melakukan daur ulang plastik.
“Terus kampanyekan tentang penggunaan sedotan logam untuk mengganti sedotan plastik, penggunaan tumbler dan kotak makan siang serta kantong kertas sebagai ganti kemasan plastik,” terangnya.
Masih banyak lagi konsep dan langkah-langkah strategisnya. Namun dari berbagai upaya itu, dirinya yakin akan ada penurunan volume sampah yang masuk ke TPA.
“Sampai di situ dulu ya. Jadi meskipun jumlah penduduk meningkat, pasti volumenya sampah akan turun. Begitu pun tingkat penyakit, pengurangan yang signifikan dari banjir, lingkungan bersi, ruang hijau yang lebih luas dan nyaman. Sungai bersih dan pengelolaan tepi sungai lebih baik,” tandasnya. (*)